Sabtu, 18 Januari 2014

CATATAN AKHIR SMA

Oleh: Nur Syarif Ramadhan


    Pagi itu, Makassar diguyur hujan yang teramat deras. Dengan kondisi yang cukup basah, akhirnya aku bisa juga sampai di SMA negeri 6. sebuah sekolah menenga atas di Makassar yang tak punya apa-apa selain 44 pohon mangga, 27 ruang kelas, 6 lab, sebuah masjid, dan beberapa hal lain yang tak terlalu penting untuk disebut. Mungkin, menurut sebagian besar pendapat, sekolahku ini tidak terlalu istimewa. Meski demikian, sekolah ini telah mengistimewakan diriku selama kurang lebih tiga tahun.
    Ya, tak terasa sudah tiga tahun aku bersekolah di SMA ini. Beberapa hari-hari indah dan peristiwa-peristiwa menarik telah menjadi kenangan manis yang tak mungkin terlupakan. Ia akan menjadi awal lukisan sejarah dari seorang anak katarak yang punya impian luarbiasa.
    Memang, tak pernah ku duga sebelumnya. Jika aku yang sejak bayi terkena katarak, bisa melangkah sejauh ini dalam menempuh masa-masa pendidikan. Mungkin saja, ada beberapa orang seperti aku yang masih meratapi nasipnya. Hidupnya terasa kelam. Tak memiliki cahaya dalam gulita seperti diriku.
    Aku yang kini berada di dalam kelas xii ips 3 sedang mencoba merenungi beberapa kenangan indah yang telah terlewati. Diawali dari perkataan seorang guru yang pernahh mengatahiku salah alamat dalam bersekolah, ada juga yang pernahh menertawakanku ketika tersandung net di lapangan bolafoli, sampai ketika aku berjuang untuk mendapat nilai standar dalam pelajaran matematika. Semua peristiwa itu disebabkan oleh mata katarakku.
    Namun semua itu tak akan menghentikan impianku untuk sukses seperti yang lain. Dan dengan keterbatasan inilah, aku berjanji, bahwa aku akan merubah semua impianku menjadi nyata.
    “kamu basah, Rif?” sebuah pertanyaan yang tiba-tiba menghentikan lamunanku.
    “iya, wan. Hujan begitu deras pagi Ini. Kamu sendiri bagaimana?” aku balik bertanya.
    “yah, hanya sedikit kawan. Yang basah hanyalah celanaku bagian betis. Karena mantel yang ku pake tidak mampu menutupi bagian itu.”
    Anak itu bernama Ridwan. Ia merupakan salah seorang sahabat terdekat yang kumiliki di sma negeri 6. ialah yang selama ini banyak membantuku dalam segala hal. baik di dalam kelas, maupun di luar kelas. Ia bagaikan pahlawan bagiku. Ketika ada siswa lain yang mencoba meremehkanku, ia akan selalu ada untuk membelaku.
    Namun, disetiap pertemuan, pasti akan ada yang namanya perpisahan. Itulah sepertinya yang akan terjadi hari ini. Setelah dua hari yang lalu kami semua siswa kelas tiga, telah difonis lulus oleh dinas pendidikan, maka kami semua telah sepakat untuk mengadakan pesta perpisahan hari ini. Sungguh berat rasanya mengakhiri kebersamaan yang selama ini telah kami bangun. Namun, suka tidak suka, mau tidak mau, senang tidak senang, rela tidak rela, iklas tidak iklas, hal itu harus jua terjadi.
    Kelas xii ips 3 sudah mulai ramai. Satu persatu teman kelasku sudah mulai berdatangan. Sepertinya tak ada seorang pun yang ingin melewatkan momen pada hari ini. Bahkan teman-temanku yang selama ini paling malas ke sekolah, ternyata hari ini mereka semua hadir.
    Setelah semua penghuni kelas dianggap sudah hadir, Pak Saldi, wali kelasku, berdiri di depan kelas. Dengan tenangnya, ia memberikan kata-kata penyemangat sebagai motifasi tambahan bagi kami sebelum meninggalkan sekolah.
    Setelah itu, kami para siswa di persilahkan untuk berbicara satu persatu menyampaikan unek-unek selama berada di sma 6. saat inilah yang paling mengharukan bagiku. Segala kenangan lama kembali terasa. Seolah-olah baru kemarin aku mengalaminya.
    Akhirnya, semua siswa telah menyampaikan unek-uneknya. Agar terasa lebih lengkap, kami berencana untuk mengunjungi sebuah tempat rekreasi yang ada di sulawesi selatan. Bantimurung menjadi tujuan kami selanjutnya. Namun tak ada yang lebih mengesankan selain kelas kami. Aku sendiri meyakini bahwa kelas ini akan menjadi awal lahirnya generasi muda yang sukses!.

Makassar, 5 juli 2012

Jurnal hatiku

Jurnal hatiku
Oleh: Nur Syarif Ramadhan
Wahai kasih hatiku
Debetlah cintaku di neraca hatimu
Kan kujurnal setiap transaksi rindumu
Hingga setebal laporan keuanganku
Wahai kasih hatiku
Jadikan aku menejer investasi cintamu
Kan kuposting kasih dan sayangmu
Di setiap lembaran portofolio hatiku
Bila masa jatu tempo telah tiba
Jangan kau retur kenangan indah kita